Koneksi Antar Materi - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pengaruh Filosofi Patrap Triloka Ki Hajar Dewantara terhadap pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran
Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional selaku Pendiri Perguruan Taman Siswa mengusung konsep Patrap Triloka yang sangat dikenal dalam dunia pendidikan kita yaitu:
- Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberikan contoh)
Filosofi keteladanan ini mendorong seorang guru harus mampu menjadi figur contoh (teladan) yang baik kepada murid ketika kita berada di depan mereka. - Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat)
Filosofi ini bermakna seorang guru harus menjadi motivator penyemangat ketika berada di tengah-tengah murid. - Tut Wuri Handayani (di belakang mendorong dan mengarahkan)
Filosofi ini menegaskan posisi guru ketika berada di belakang maka guru harus mampu membimbing, mengarahkan, menyemangati murid untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki dalam belajar.
Filosofi Patrap Triloka ini seharusnya berpengaruh besar sebagai pondasi guru untuk selalu berpihak pada murid dalam pembelajaran. Dengan berpedoman pada Patrap Triloka, dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, seorang guru akan mengutamakan kepentingan dan berpihak pada murid. Segala keputusan yang diambil adalah upaya untuk menciptakan pembelajaran yang terbaik bagi murid. Guru akan menempatkan dirinya sebagai pamong (penuntun) murid dalam mencapai kebahagiaan sesuai dengan kodrat/ potensinya.
Pengaruh Nilai-Nilai Dalam Diri Terhadap Prinsip-Prinsip dalam Pengambilan Keputusan
Seorang guru tentunya tertanam dalam dirinya nilai-nilai kebajikan yang mampu membimbing dan mengarahkan dalam pengambilan keputusan. Di dalam Pendidikan Guru Penggerak (PGP), dijelaskan setidaknya terdapat lima nilai diri seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Kelima nilai yang ada ini seharusnya mampu menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pembelajaran. Seorang guru terkadang dihadapkan dalam kasus dilema etika (benar vs benar) dan bujukan moral (benar vs salah) di dalam melaksanakan tugasnya. Keberpihakan pada murid yang didasari nilai-nilai kebajikan universal akan mampu menjadikan guru mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Kaitan Kegiatan Terbimbing dengan Pengambilan Keputusan
Kegiatan bimbingan dalam bentuk coaching akan sangat membantu seorang guru dalam menggali permasalahan dan pengujian pengambilan keputusan. Melalui coaching, guru mampu menggali potensi diri dalam pengambilan keputusan serta menajamkan kemampuan guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan pemandu dalam diskusi dua arah sehingga bisa menganalisis nilai yang bertentangan, pihak yang terlibat dan fakta-fakta pendukung yang sesuai.
Dalam Modul 2 yang sudah dipelajari, dijelaskan bahwa keterampilan coaching akan membantu pengambilan keputusan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. Coaching skills sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik dalam diri kita maupun masalah yang dialami oleh orang lain.
Model coaching dengan langkah TIRTA (T: Tujuan; I: Identifikasi; R: Rencana aksi; dan TA: Tanggung jawab) dapat melengkapi langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Coaching dapat menjadi pelengkap langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Kemampuan Guru dalam Mengelola dan Menyadari Aspek Sosial Emosional terhadap Pengambilan Keputusan
Salah satu Kompetensi Sosial Emosional (KSE) yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah membuat keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision – making). Keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran seharusnya dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfullness) yang memerlukan kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, kemampuan berempati, dan keterampilan berelasi. Dengan demikian, KSE sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan yang tepat, memperhatikan fakta-fakta pendukung tanpa keraguan sehingga mampu memberikan solusi terbaik.
Pembahasan Studi Kasus yang Fokus pada Masalah Moral atau Etika pada Nilai-nilai Seorang Pendidik
Pada pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika, seorang pendidik harus mampu menganalisis kasus secara mendalam untuk mengetahui dilema etika atau bujukan moral yang terjadi dalam kasus tersebut. Dalam memberikan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berpegang pada nilai-nilai diri seorang guru penggerak, Kompetensi Sosial Emosional dan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pengambilan keputusan harus bermuara pada keberpihakan pada murid, nilai-nilai kebajikan universal dan tanggung jawab. Keputusan yang berkaitan dengan kasus masalah moral atau etika harus diambil dengan mempertimbangkan prinsip dan paradigma yang sesuai dengan berupaya memberikan alternatif pemecahan masalah yang kreatif dan berdampak lebih luas (win-win sollution) untuk semua pihak yang terlibat.
Pengambilan Keputusan yang Berdampak pada Terciptanya Lingkungan yang Positif, Kondusif, Aman dan Nyaman
Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman yaitu keputusan yang berpihak pada murid, mengacu pada nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Keputusan yang diambil harus berdasarkan pada fakta yang relevan, mempertimbangkan pihak yang terlibat, mempertimbangkan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan serta menjalankan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Setelah melalui langkah yang sistematis dan terukur ini, diharapkan lahir keputusan tepat dan terbaik untuk semua pihak yang terlibat dan menciptakan lingkungan yang positif, kondusi, aman dan nyaman.
Kesulitan-Kesulitan di Lingkungan yang Sulit Dilaksanakan untuk Menjalankan Pengambilan Keputusan terhadap Kasus Dilema Etika
Kesulitan-kesulitan yang mungkin ditemukan dalam menjalankan pengambilan keputusan antara lain:
- Perbedaan nilai-nilai, prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang menyebabkan perbedaan pendapat dan sudut pandang dalam memberikan keputusan.
- Munculnya kebimbangan atau keraguan dalam pengambilan keputusan disebabkan subjektivitas personal (rasa kesetiaan sebagai rekan kerja) sehingga lebih mengutamakan rasa kasihan (empati).
- Belum sepenuhnya memahami langkah-langkah proses pengambilan keputusan yang tepat dan efektif yang sesuai dengan budaya sekolah terlebih untuk keputusan yang harus diambil secara cepat (kemampuan berpikir cepat).
- Belum berada dalam posisi pengambil kebijakan sehingga terkadang belum sepenuhnya berani dan percaya diri untuk memutuskan hal yang urgent karena masih khawatir dengan konsekuensi dan memilih aman atau hanya mengajukan saran.
Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Diambil dengan Pengajaran yang Memerdekakan Murid
Pengambilan keputusan yang tepat dan berdampak positif akan mempengaruhi pengajaran seorang guru untuk mewujudkan pendidikan yang memerdekakan murid. Keputusan yang berpihak pada murid akan memberikan kenyamanan dan rasa aman untuk mencapai tujuan belajar yang memerdekakan murid. Pengajaran yang berpengaruh dalam memerdekakan murid sebagaimana dipelajari dalam program guru penggerak diantaranya adalah melakukan pembelajaran sosial emosional, pembelajaran berdiferensiasi, melakukan coaching untuk menggali potensi murid, dan menanamkan budaya positif di kelas dan sekolah.
Pengaruh Pengambilan Keputusan oleh Pemimpin Pembelajaran terhadap Masa Depan Murid
Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada masa depan murid. Keputusan yang diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran akan berpengaruh pada murid dalam menjalani proses kehidupannya. Perlu disadari bahwa proses pembelajaran adalah proses jangka panjang sehingga diperlukan pembelajaran yang memerdekakan murid untuk mampu memaksimalkan potensinya menuju well-being. Tugas guru saat ini adalah menanamkan nilai-nilai kebajikan, ilmu pengetahuan dan keteladanan untuk murid sebagai bekal memanen masa depannya yang lebih baik.
Kesimpulan Akhir
Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran bermuara pada keberpihakan pada murid dalam rangka memerdekakan murid dalam belajar. Kemerdekaan belajar murid diartikan sebagai proses mencapai keselamatan dan kebahagian murid sesuai dengan kodrat dan potensi yang dimiliki.
Guru harus mampu mengidentifikasi profil dan kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab sebagai pemimpin pembelajaran. Keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan. Pertanyaan-pertanyaan yang efektif dan komunikasi yang baik akan mengarahkan kita pada berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berhubungan sosial diperlukan untuk mengambil keputusan yang bertanggung jawab.
Dalam mengambil keputusan, diperlukan kesadaran penuh (mindfullness) dalam melihat berbagai pilihan dan konsekuensi yang dihadapi. Perlu dilakukan analisis mendalam 4 paradigma dilema etika dan pengambilan keputusan dengan 3 prinsip serta menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Setelah melalui proses ini, diharapkan lahir keputusan yang berpihak pada murid berbasis etika, nilai-nilai kebajikan universal dan dapat dipertanggungjawabkan.